Saturday 27 November 2010

TAZAM 1: Tarbiyyah bukan brainwashing


Setiap orang sentiasa di dalam pencarian untuk mencari ilmu dan meningkatkan kefahaman.

Tentang agama, tentang kehidupan, tentang masa hadapan dan pelbagai tujuan lain.

Jangan kita jemu mencari ilmu dan menjadi pengemis ilmu. Ilmu makanan minda. ZikiruLlah makanan qalbu.

Pencarian ilmu mesti menggunakan aqal dan qalbu. Proses pembinaan dan pembaikian diri adalah proses pendidikan/tarbiyyah yang berterusan. Tarbiyyah bukan proses indoktrinasi atau brainwashing.

Proses Brainwashing memang tidak berkehendakkan aqal yang berfikir atau qalbu yang merenung.

Tarbiyyah mestilah melatih aqal untuk berfikir dan menilai, dan qalbu untuk menghayati dan menjiwai.

Inilah hasil tarbiyyah yang kita mahu > peribadi yang berfikir dan menjiwai perjuangan atas dasar ilmu dan kefahaman, bersama keikhlasan yang tidak mudah digugat.

Allahua'alam.

Friday 26 November 2010

Kuliah MASAF (2): Kenal Jahiliyah untuk Kenal Kebenaran


Assalamualaikum wrth.

Alhamdulillahi Rabbil alamin, Wa solatu Wassalam.

Saudara dan saudari sidang pendengar yang dimuliakan,

Pada kuliah yang lepas, kita telah berbicara berkenaan Islam sebagai penyelamat dunia, dan Islam juga adalah penyelamat kita semua. Selamat di dunia dan di akhirat. Kita telah berbicara dengan memahamkan apakah makna kalimah Islam itu sendiri.

InsyAllah pada kuliah kali ini, kita akan berbicara berkenaan kenal jahiliyah untuk kenal kebenaran. Dan, sebelum kita berbicara panjang, marilah kita sama-sama merenung apakah makna jahiliyah itu sendiri.

Apakah makna Jahiliyah?*1

Jahiliyyah biasanya dikaitkan dengan masa sebelum Rasulullah s.a.w lahir, namun bila kita melihat pengertian jahiliyyah secara teliti, maka terdapat banyak unsur-unsurnya yang sama pada zaman kita ini. Kita mendapati manusia hidup dengan berbagai macam bentuk Jahiliyyah yang berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.


Sesungguhnya kata “Jahiliyyah” sendiri adalah berarti penyandaran sesuatu kepada kebodohan. Kebodohan di sini ada ada 3 makna, yaitu :

1. Tidak adanya ilmu pengetahuan dan ini adalah makna asal.

2. Meyakini sesuatu secara salah.

3. Mengerjakan sesuatu dengan menyalahi aturan atau tidak mengerjakan yang seharusnya ia kerjakan.

Orang yang tidak memahami ungkapan prosa atau bait sya’ir atau teori matematis atau masalah Fiqh adalah orang yang bodoh dengan makna pertama, karena ia tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, dan orang semacam ini bila disandarkan kepadanya sifat bodoh, maka jadilah ia jahiliyyah.


Orang yang meyakini bahwa melaksanakan sesuatu yang tidak di-syari’atkan atau menganggap bahwa Nabi tidak punya peranan sedikitpun dalam kehidupan manusia adalah orang bodoh dengan makna yang kedua, karena ia yakin tapi salah. Dan bila disandarkan sifat bodoh kepadanya maka jadilah ia Jahiliyyah.

Dan orang yang meninggalkan shalat padahal ia tahu bahwa shalat adalah salah satu rukun Islam atau orang yang mengerjakan kema’siatan atau orang yang tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya adalah orang bodoh dengan makna ketiga, karena ia mengerjakan sesuatu dengan menyalahi ketentuan yang seharusnya ia laksa-nakan. Ia disebut juga Jahiliyyah bila disandarkan kepadanya sifat bodoh.


Pada umumnya pengertian jahiliyyah yang beredar di masyarakat luas adalah keadaan orang-orang Arab sebelum Islam, karena mereka bodoh terhadap Tuhan, Rasul dan syari’at-syari’at-Nya serta mereka berbangga-bangga dengan keturunan, kebesaran dan lain sebagainya.
Namun “Jahiliyyah” tidak hanya khusus pada sa’at itu, tidak hanya khusus pada zaman tertentu dan tidak pula kaum tertentu. Jahiliyyah bisa terjadi kapanpun dan masyarakat manapun dengan syarat terdapat unsur-unsur yang telah disebutkan, walaupun zaman ini adalah zaman sains.

Dalam perspektif (pandangan) al-Qur`an, ”Jahiliyyah” adalah suatu sikap atau keadaan masyarakat pada umumnya yang bodoh terhadap nilai-nilai Islam, entah mereka itu bergelar Dr. ataupun Professor sekalipun, bila mereka bodoh terhadap Islam maka mereka diberi label “Jahiliyyah”.

Saudara dan saudari sidang pendengar yang dimuliakan,


Al-Qur`an telah menerangkan tentang sikap Jahiliyyah ini, diantaranya yaitu; ketika Musa a.s menyuruh kaumnya untuk menta’ati perintah Allah agar mereka menyembelih kurban. Namun Apa tanggapan kaumnya terhadap Musa, “mereka berkata, apakah engkau mengejek kami hai Musa. Musa menjawab, aku berlindung dari orang-orang yang bodoh.” (al-Baqarah:67)

Ketidaktahuan dan memandang remeh terhadap perintah Allah adalah salah satu sikap Jahiliyyah.

Dan ketika Allah menerangkan hikayat Yusuf a.s dalam surat Yusuf, ayat 33:


Yusuf berkata: Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.
Dalam ayat ini, condong kepada ke-burukan adalah juga sikap Jahiliyyah.


Prasangka buruk juga termasuk keJahiliyyahan, sebagaimana firman Allah ketika kaum Musyrikien menang pada Perang Uhud. Sebagian kaum Muslimien menyangka bahwa mereka tidak ditolong oleh Allah dan timbullah anggapan bahwa Islam telah berakhir bersamaan dengan kalahnya kaum Muslimien dari kaum Kuffar.


“...sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?…. (Ali ‘Imran:154)




Istilah Jahiliyyah juga di-tujukan bagi mereka yang menolak hukum Allah s.w.t.

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (al-Maidah: 50)


Allah melarang istri-istri Nabi s.a.w melakukan Tabarruj (berhias berlebih-lebihan) karena hal itu termasuk per-buatan Jahiliyyah,


“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”. (al-Ahzab:33)


Pada sa’at perjanjian Hudaibiyah, kaum Musyrikien tidak mau menerima tulisan Bismillah dan Muhammad Rasulullah dalam teks perjanjian itu. Mereka berkeras kerana tulisan tersebut merupa-kan pengakuan risalah Muhammad. Mereka angkuh, dan sifat angkuh adalah perbuatan Jahiliyyah. Allah menegaskannya dalam surat Al-Fath, ayat 26;


Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dalam hadits-hadits Rasul juga banyak diterangkan bagaimana sikap Jahiliyyah itu. Imam Bukhari dalam Kitab Iman dengan judul Bab “Kema’siatan merupakan perkara Jahiliyyah”, meriwayatkan Hadits; “ketika itu seorang laki-laki dari kalangan Muhajirien mendorong seorang laki-laki dari kaum Anshar, orang Anshar tersebut memanggil golongannya; Hai orang-orang Anshar dan begitu pula orang Muhajirien tadi, ia juga memanggil kawannya yang Muhajirien; Hai orang-orang Muhajirien, kemudian bersabda-lah Rasul :


Apakah engkau memperhatikan panggilan jahiliyyah itu? Tinggalkanlah olehmu karena itu perbuatan busuk (HR. Ahmad & Baihaqie)


Ketika seseorang mempersiapkan golongannya atas golongan lain, dengan memanggil-manggil golongannya, maka itulah Fanatisme golongan dan hal itu termasuk perbuatan Jahiliyyah.


Dan hadits dari Abu Dzar, ia berkata: “sesungguhnya saya mengejek seseorang dengan menghina ibunya, maka Rasulullah berkata padaku, “Hai Abu Dzar, apakah engkau menghina ibunya? Sesungguhnya engkau adalah orang yang mempunyai sifat Jahiliyyah” (HR.Bukharie-Muslim)


Suka menghina dan mengejek orang adalah salah satu sifat dari sifat-sifat jahiliyyah.

Setelah datangnya Islam maka seluruh perkara Jahiliyyah dihapuskan dari Jazirah Arab. Rasulullah s.a.w berkhutbah pada hari Fathul-Makkah,

“Wahai manusia sesungguh-nya Allah telah menghapus kesombongan Jahiliyyah dan kebanggaannya terhadap Nenek Moyang …” (HR. Ahmad & Abu Daud)


Dan ketika Rasulullah berkhutbah pada haji wada’, beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya segala sesuatu dari perkara-perkara Jahiliyyah telah saya musnahkan”.


Dari nash-nash al-Qur`an dan Sunnah jelaslah bahwa setiap penyimpangan dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya, baik itu menyangkut Aqidah, ibadah, perilaku, maupun amal adalah perbuatan Jahiliyyah.

Saudara dan saudari sidang pendengar yang dimuliakan,


Di dalam kehidupan ini, kita sentiasa ingin memastikan kita mendapat kejayaan dan kebahagiaan. Kejayaan hakiki adalah apabila kehidupan ini diasaskan di atas prinsip dan landasan kebenaran. Lawan kepada kebenaran adalah kegelapan. Dan kegelapan ini adalah manifestasi kehidupan jahiliyah.

Allah SWT menyatakan di dalam Surah Al-Baqarah, ayat 257:

Allah Pelindung (yang mengawal dan menolong) orang-orang Yang beriman. ia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman). dan orang-orang Yang kafir, penolong-penolong mereka ialah Taghut Yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kufur). mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya.

Hakikat kebenaran itu hanya satu, sedangkan kegelapan itu banyak (zulumat – plural). Jadinya hendaklah kita pastikan bahawa pegangan yang kita rangkul ini adalah kebenaran yang hakiki, bukannya kegelapan yang dibaluti dengan lapis kebenaran. Kegelapan itu banyak kerana manusia ini sifatnya pelbagai. Jika kita tidak cenderung kepada yang ini, kegelapan yang satu lagi mungkin menarik minat/nafsu kita.

Sedangkan kebenaran itu tetap satu. Ini kerana kebenaran itu mustahil ada berbilang jumlahnya. Kebenaran hakiki bersumberkan wahyu. Wahyu bersumberkan zat yang hakiki, iaitu Allah SWT. Kebenaran pula sifatnya telah tetap. Ia tidak boleh diolah-olah semula. Ia risalah yang paling sesuai dengan hakikat fitrah kejadian makhluk. Mencari kebenaran selainnya adalah kepalsuan dan kesesatan.

Kegelapan ini natijahnya ragu-ragu. Ragu-ragu ini terhasil kerana hujah atau dasar-dasar pokok kepada kegelapan itu adalah semata-mata berasaskan sangkaan semata-mata. Kebenaran itu natijahnya keyakinan. Keyakinan ini terhasil kerana hujah atau dasar-dasar pokok kepada risalah kebenaran itu adalah berdasarkan hujah dan nas yang datang daripada Allah Rabbul Jalil – pencipta sekian alam. Keraguan membawa kepada keresahan. Manakala, keyakinan membawa kepada kesejahteraan dan keamanan. Dan, inilah maksud akhir kepada risalah kebenaran.

Risalah kebenaran yang membawa manusia kepada kesejahteraan dan keamanan, di dunia dan di akhirat sana, insyAllah. Ini amat bertepatan dengan makna Islam – yang telah bincangkan dalam kuliah yang lepas – bahawa ia membawa kepada maksud selamat di dunia dan di akhirat.

Formula ringkas: Kegelapan vs. Kebenaran

Kegelapan > Asasnya: Sangkaan dan andaian > Keraguan > Keresahan dan rasa tidak tenteram > Hidup yang tidak bahagia

Kebenaran > Asasnya: Wahyu Allah SWT > Keyakinan > Ketenangan dan rasa selamat > Hidup yang aman sejahtera

Saudara dan saudari sidang pendengar yang dimuliakan,

Kalimah Allah SWT adalah yang paling tinggi. Islam sebagai Ad-deen mempunyai konsep yang jelas, lengkap dan dapat dibuktikan kebenarannya. Sedangkan konsep buatan manusia adalah tidak lengkap, tidak jelas dan bersifat berubah atau sementara.

Risalah Islam menjadikan dua kalimah shahadah sebagai asasnya, manakala risalah selain Islam menjadikan risalah jahiliyah sebagai asasnya. Gambaran kalimah tauhid di dalam risalah Islam adalah kalimah thaiyibah(baik) yang teguh dan kuat – seperti pohon yang teguh dan rimbun. Manakala pemikiran jahiliyah berasaskan kalimah khabtisah (lemah dan tidak kuat) – seperti pohon yang mudah ditiup oleh angin, kerana akarnya yang lemah.

Firman Allah SWT di dalam Surah Ibrahim, ayat 24 - 26:

“Tidakkah Engkau melihat (Wahai Muhammad) Bagaimana Allah mengemukakan satu perbandingan, iaitu: kalimah Yang baik adalah sebagai sebatang pohon Yang baik, Yang pangkalnya (akar tunjangnya) tetap teguh, dan cabang pucuknya menjulang ke langit.

“Dia mengeluarkan buahnya pada tiap-tiap masa Dengan izin Tuhannya. dan Allah mengemukakan perbandingan-perbandingan itu untuk manusia, supaya mereka beringat (mendapat pelajaran)”

“Dan bandingan kalimah Yang jahat dan buruk samalah seperti sebatang pohon Yang tidak berguna Yang mudah tercabut akar-akarnya dari muka bumi; tidak ada tapak baginya untuk tetap hidup.”

Isme-isme yang banyak di muka bumi ini adalah manifestasi kepada pelbagai kegelapan – pemikiran jahiliyah yang wujud. Umat Islam mestilah memastikan bahawa mereka tidak terjerumus ke dalam salah satu isme atau pemikiran jahiliyah yang melata ini.

Allah SWT berfirman di dalam Surah Al-Baqarah, ayat 120:

“orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (Wahai Muhammad) sehingga Engkau menurut ugama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): "Sesungguhnya petunjuk Allah (ugama Islam itulah petunjuk Yang benar". dan Demi Sesungguhnya jika Engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahyu Yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah Engkau akan peroleh dari Allah (sesuatupun) Yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepada mu.”

Formula ringkas:

Konsep Islam:

· Kalimat Allah SWT tinggi (Q 9:40)

· Kalimat yang baik (Q 14:24)

· Kalimat berorientasikan tauhid (Q 112: 1-3)

· Stabil (Q 14:24)

· Kalimat Taqwa (Q 48:26)

· Kuat (Q 5:3, 58:12)

Konsep selain Islam (Jahiliyah):

· Kalimat orang-orang kafir (Q 9:40)

· Kalimat yang buruk (Q 14:26)

· Kalimat yang berorientasikan syirik (Q 39:64)

· Goncang (Q 14:26 & 16:26)

· Kebanggan jahiliyah (Q 48:26)

· Lemah (Q 29:41)

Kuliah kali ini ingin membawa satu penegasan bahawa kebenaran ini mesti diganding dengan kefahaman kepada prinsip dan pelbagai bentuk risalah jahiliyah yang wujud. Sekiranya seorang muslim mukmin hanya mengenal kebenaran tetapi tidak mengenal jahiliyah, takut-takut mereka berbuat amal jahiliyah sedang sangkaan mereka sebaliknya. Ini juga peringatan Saidina Umar R.A, bahawa mengenal jahiliyah ini penting supaya kita tidak tertipu.


Tetapi kebenaran ini ada tanda dan sifat yang dijelmakannya. Apabila kita membaca ayat Allah SWT di dalam Surah Al-Baqarah, ayat 138:

“(Katakanlah Wahai orang-orang Yang beriman: "Ugama Islam, Yang Kami telah sebati dengannya ialah): celupan Allah Yang mencorakkan seluruh kehidupan Kami Dengan corak Islam); dan siapakah Yang lebih baik celupannya daripada Allah? (Kami tetap percayakan Allah) dan kepadaNyalah Kami beribadat".

Kita akan dapat memahami bahawa kebenaran ini dijelmakan pada aspek hati, aqal dan jasad seorang manusia.

Celupan Allah SWT pada hati manusia melahirkan iqtiqad atau pegangan yang kuat dan mantap. Ia pula menatijahkan niat yang lurus dan tulus di dalam beramal semata-mata untuk Allah SWT.

Celupan Allah SWT pada aqal manusia melahirkan tasawwur (pandangan/fikrah) hidup yang benar dan tepat dengan kehendak Allah SWT dan RasulNYA. Ia juga membawa kepada kejelasan manhaj atua prinsip di dalam kehidupan yang akan dilalui.

Celupan Allah SWT pada jasad melahirkan manusia yang sentiasa beramal dan memanfaatkan anggota badan untuk ketaatan kepada Allah SWT. Hati dan Aqal/minda yang bertepatan dengan kehendak Allah SWT dan RasulNYA akan memastikan jasad melaksanakan semua tuntutan tersebut.

Demikianlah pentingnya celupan/sibghah Allah SWT seperti yang dinyatakan oleh ayat 138, Surah Al-Baqarah tadi.

Di dalam kehidupan masa kini, pelbagai isme-isme selain Islam sedang giat untuk menambahkan penganutnya. Sekiranya seruan ini berasaskan seruan agama(selain Islam), mungkin tidak ramai yang akan terpengaruh kerana adalah jelas kesesatan isme tersebut. Yang menjadi kerisauan adalah apabila seruan isme2 jahiliyah ini bertopeng kepada seruan berbentuk keadilan sosial, keamanan sejagat dan juga kesaksamaan di dalam hak seorang manusia. Tidak dizahirkan sebarang bentuk unsur keagamaan atau ketuhanan. Antara contoh seruan isme jahiliyah ini adalah seruan “Save the World, Be a Vegan”. Apabila kita singgah di beberapa kota seperti Bali, Amsterdam, Paris, risalah dan poster menyeru isme ini boleh dijumpai. Malah di Malaysia sendiri pun boleh dijumpai risalah yang serupa.

Jadi, apa salahnya “Save the World, Be a Vegan”? Tidak ada apa-apa yang salah untuk seseorang memilih untuk tidak memakan selain sayuran. Tetapi yang salah adalah apabila ia beriqtiqad bahawa adalah satu kesalahan, malah satu kezaliman untuk memakan daging. Ini kerana makanan berdaging dihalalkan oleh Allah SWT. Tidak boleh kita mengharamkannya, sebagai gesaan umum. Kecualilah jika ada daging tertentu yang memudaratkan manusia. Ini kes yang nadir atau unik. Saya sengaja mengambil contoh ini untuk berkongsi bahawa isme jahiliyah ini terkadang amat tersirat. Jika kita tidak berhati-hati, takut2 banyak lagi isme jahiliyah yang telah kita anuti. Sebenarnya apa lagi yang tidak cukup dan sempurna dengan Islam. Janganlah kita menjadi seperti Bani Israel, diberi Allah SWT makanan syurga di dalam bentuk manna dan salwa, tapi masih meminta makanan dunia yang rendah nilainya.


Kesimpulannya, mengenal kebenaran ini penting kerana ini akan memastikan kehidupan ini tidak berjalan sia-sia dan sifar atau kosong nilai. Kehidupan menjadi bererti apabila ia berjalan di atas landasan kebenaran hakiki yang diwahyukan Allah SWT melalui jalan Nabi Muhammad SAW. Tetapi di dalam konteks kehidupan moden hari ini, kita mestilah memastikan kita juga mengenal jahiliyah dan jaringan-jaringannya. Seolahnya apabila berjalan menuju ke masjid, kita dapat melihat jalan yang perlu dilalui, tetapi berhati-hatilah kepada onak, najis dan lopak-lopak yang wujud di sini sana. Perhatikan juga lorong-lorong kecil di kiri-kanan yang menggamit kita untuk singgah sebentar dan menggoda kita untuk mengikutinya.

Ya, marilah kita berdoa semoga Allah SWT menjadikan kita kenal kebenaran dan juga kenal jahiliyah yang ada. Usaha ini mesti dimulakan, jangan sekadar berdoa dan berangan-angan sahaja.

Ya Allah, bantulah kami semua. Amin

WabiLlahi taufiq wal hidayah was salammualaikum wrth.

25 Nov 2010 – Rue De La Vieille Intendance – Mplr.

Rujukan:

*1 - Translated from al-Hadits wa ats-Tsaqafah al-Islamiyah, Manna' Khalil al-Qaththan, al-Jahiliyyah. al-Haditsah. http://www.perpustakaan-islam.com > Pengertian Jahiliyah

*2 - Keperibadian Muslim. Dr. Irwan Prayitno – Bahan Panduan bagi Dai dan Murabbi

Sunday 21 November 2010

Maka Berkatalah...

Maka berkatalah seorang penceramah, katanya berdasarkan satu hadis Nabi SAW, intipati maksudnya; “Kesukaran seseorang menghadapi sakratul maut, adalah berkadaran dengan kadar kelazatan dunia yang telah beliau nikmati”. Aku yang sedang melangkah keluar daripada masjid kerana telah selesai solat berjamaah, dan nak bersegera berbuat sesuatu, tiba-tiba rasa tersentak. Terutama bila mengingat semula ayat “...berkadaran dengan kelazatan yang dinikmati..”. Apa benar wujud hadis ini? Tidak pernah kudengar hadis sepertinya. Ini kurasakan bukan kerana ilmu ku menimbun-nimbun, tapi akibat ilmu yang amat dangkal.

Katalah hadis tadi benar-benar wujud. Maka apakah ertinya? Adakah Allah SWT memberi nikmat yang melimpah ruah kepada hambaNYa, dan terus menetapkan bahawa hambaNYA ini akan menghadapi sakaratul maut yang amat sukar? Aku amat-amat meragui hakikat ini. Kenapa? Kerana terfikir ia bertentangan dengan sifat adil dan pengasih Allah SWT. Yang benarnya, sukar atau mudahnya sakaratul maut seseorang adalah berkadaran dengan amal soleh yang telah beliau tunaikan selama hidup di dunia yang sementara ini. Hidup yang baik, insyAllah, pengakhirannya pun baik. Amin.

Katalah seseorang itu kaya-raya seperti Abu Bakar RA dan Khadijah Al-Khuwailid R.A, tetapi kekayaan ini digunakan untuk menegakkan agama dan menguatkan perjuangan, maka apakah golongan hartawan ini pun akan terikat dengan sakaratul maut yang sukar? Sukar untuk diterima akal. Sukar pula untuk dibuktikan dengan hujah an-nahjus sahih. Maka kenapakah penceramah tadi berkata-kata sedemikian?

Oh ya, mungkin untuk mengingatkan kita bahawa kelazatan dunia yang terlalu banyak menyelimuti kita bakal menyusahkan kita dalam melakukan ketaatan kepadaNYA. Mungkin juga untuk mengingatkan kita bahawa sesuatu yang lazat nanti payah untuk ditinggalkan. Seolahnya makanan yang lazat, akan terus dikenang-kenang, dan payah nak dilupakan. Hatta urusan solat pun boleh tertangguh dek kerana makanan lazat tadi. Dunia yang disayang, maka sakratul maut mungkin tidak kita sukai. Hatta, akan menjadi sukar. Ya, melalui hujah ini, ada logiknya.

Apapun, setiap kelazatan dunia ini akan dipersoalkan dan ada pertanggungjawabannya. Ia tidak diberi percuma. Namun, di dalam perjuangan untuk menegakkan risalah, kekuatan duniawi (baca: material) tidak kurang pentingnya. Walaupun, kekuatan ruh adalah yang lebih mendasar. Mukmin yang kuat lebih disukai daripada mukmin yang lemah. Ini maksud hadis Rasul SAW. Jadi, dunia dan kelazatannya ada tempat dan peranannya. Cuma, pastikanlah dunia tidak kita terlalu cintai, mati pula jangan kita takuti.

Allahua’lam

7.04pm – Rue De La Vieille Intendance, Mplr

Friday 19 November 2010

Kuliah MASAF (1): Islam Penyelamat Dunia; Adakah ia penyelamat anda?

Peranan Islam di dalam pembangunan tamadun dunia sejak ia diwahyukan oleh Allah SWT adalah perkara yang telah dicatat di dalam lembaran sejarah. Perkara ini dipersetujui oleh jumhur ahli sejarah, yang Islam dan bukan Islam. Ia fakta bukan mitos. Tamadun dan konsep kehidupan yang dibawa Islam telah menjadi contoh dan benih kepada tamadun moden hari ini. Walaupun tamadun moden hari ini telah lari jauh daripada matlamat asal ditegakkan Islam itu sendiri.

Islam adalah agama fitrah. Ia didatangkan daripada Allah SWT (minALlah), kehidupan ini didasarkan kepada Allah SWT (Ala Allah) dan kehidupan ini dituju kepada Allah SWT (iLa Allah). Islam satu cara hidup yang paling sempurna untuk manusia. Ia tidak menuntut atau meminta kecuali apa yang mampu dilaksana oleh manusia juga. Semakin kuat kita memeluk risalah Islam, semakin selamat dan sejahtera kehidupan ini. Ini kerana akar Islam ini adalah kebenaran. Kebenaran hakiki pula hanya daripada Allah SWT. Jadi Islam yang diwahyukan Allah SWT ini pasti mendekatkan penganutnya kepada kebenaran dan kejayaan.

Kejayaan hakiki adalah kejayaan dunia dan kejayaan abadi di akhirat kelak. Semua makhluk menuju kebinasaaan, sebelum menghadapi kehidupan yang kekal abadi. Tetapi, ada manusia yang dijanjikan dengan kebinasaan hakiki sejak di dunia lagi. Apa guna kebahagian dan kejayaan sementara di dunia jika di akhirat kita tidak selamat. Semua manusia tahu hakikat kehidupan ini, ia akan mati dan bertemu dengan penciptanya. Tetapi, mengapa ramai yang tidak mempersiapkan apa-apa bekalan?

Islam adalah satu risalah kehidupan yang penuh dengan erti dan pembawaan hidup yang sempurna. Daripada segi lafaz, erti Islam itu ada lima:

i. Islam Al-Wajh (Menundukkan wajah) (Q4:125)

ii. Al-Istislaam (Berserah diri) (Q3:83)

iii. As-Salaamah (Suci, bersih) (Q26:89)

iv. As-Salaam (Selamat/Sejahtera) (Q6:54)

v. As-Silm (Perdamaian) (Q47:35)

vi. Sullam (Tangga)

Makna-makna lafaz perkataan Islam ini memberi makna bahawa seorang manusia yang mengimani risalah Islam ini adalah mereka yang sentiasa menundukkan wajah atau kepatuhan mereka kepada Allah SWT. Di samping penyerahan diri yang total terhadap perintah dan larangan Allah SWT. Islam menjadikan kehidupan mereka ini suci, bersih dan selamat/sejahtera daripada musibah dan bala bencana. Ia juga membawa perdamaian kepada mereka. Islam juga adalah agama yang menuntut perubahan secara berperingkat-peringkat (tadarruj). Ia bertangga atau bertahap di dalam membawa perubahan. Ini dicontohkan Allah SWT yang mencipta alam dalam enam hari, walaupun pada hakikatnya Allah SWT boleh mencipta alam ini dalam sekelip mata. Ini pengajaran untuk kita.

Manakala kalimah Islam itu sendiri mengandung beberapa maksud. Islam adalah Ad-Deen – cara hidup. Ia bukan satu agama semata. Islam datang untuk mengatur kehidupan manusia agar mereka selamat di dunia dan akhirat, di dalam kehendak dan ketentuan Allah SWT. Ayat Allah SWT dalam Surah 3: 85;

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

Berikut adalah beberapa maksud kalimah Islam:

i. Sikap seorang Islam adalah sikap seorang yang Al-Khuduu’ (tunduk). Mereka tunduk atau berserah diri kepada Allah SWT. Ini akan menjanjikan kemenangan kepada mereka.

ii. Panduan Islam pula adalah berasaskan Al-Quran dan As-Sunnah. Wahyu Ilahi ini adalah amat sesuai dengan makhluk manusia yang diciptakan oleh Allah SWT. Isme-isme lain kehidupan hanya akan mendatangkan kemelaratan dan kemusnahan kepada manusia.

iii. Daripada sudut risalah Islam, ia adalah Deen Al-Anbiya Wa Al-Mursalin (Deen para nabi dan rasul). Intipati risalah mereka semua sama. Yang berbeza hanya pada syariat atau peraturan kehidupan sahaja (Q2:138).

iv. Islam juga adalah AhkamuLlah (hukum-hukum Allah). Keadilan kepada manusia adalah pada perlaksanaan hukum Allah SWT. Hak menentukan hukum hanyalah Allah SWT sahaja.

v. Risalah Islam ini adalah As-Sirath Al-Mustaqim (Jalan yang lurus). Hanya Islam yang menjanjikan jalan yang lurus kepada mendapat rahmat dan kasih Allah SWT di dalam kehidupan ini.

vi. Dan, yang terakhir, Islam juga adalah Salamaah Ad-Dunya Wal Akhirat (keselamatan dunia dan akhirat). Hanya melalui jalan Islam, seseorang akan mendapat keselamatan di dunia dan di akhirat. Tiada jalan atau pilihan lain.

Apabila disimpulkan kesemua erti Islam itu sendiri, maka terlihatlah satu cara hidup yang amat hebat dan menyeluruh. Islam tidak menerima perlaksanaan secara juz’i atau bahagian-bahagian. Ia menuntut perlaksanaan menyeluruh, barulah akan mendapat natijah terbaik daripada risalah Islam ini. Ia datang untuk menyelamatkan manusia, bukan untuk menyusahkan atau memudaratkan manusia. Dengan ini barulah kita dapat menghayati kalimah “Islam itu tinggi dan tiada kerendahan di dalamnya”. Begitulah juga mereka yang benar-benar memeluk risalah Islam itu sendiri.

Persoalan yang kita ingin fikirkan adalah:

i. Adakah Islam yang kita anuti akan menyelamatkan kita nanti?

ii. Adakah amal Islami yang ada pada kita telah mencukupi untuk menjadi hujah di hadapan Allah SWT?

iii. Apakah Islam telah tertegak dengan sempurna?

Sememangnya Islam penyelamat dunia dan sekalian manusia. Ia datang untuk memastikan manusia akan hidup di dalam batas kehendak Allah SWT, dan mendapat kebahagiaan di dunia yang sementara dan akhirat yang kekal abadi. Kehidupan ini hanya akan sejahtera apabila Islam menjadi landasannya. Tidak pernah selamat mereka yang mengabaikan risalah Islam. Islam cuma akan menjadi penyelamat jika risalahnya diamal dan dilaksana di dalam kehidupan. Ia tiada unsur magik, melainkan kudrat usaha manusia dan keizinan Allah SWT.

Saturday 13 November 2010

Kejutan demi kejutan...

Sering di dalam perjalanan hidup ini kita dikejutkan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak disangka-sangka. Samada kisah sedih atau gembira, kedua-duanya adalah kejutan, yang datang secara tiba-tiba, dan di luar jangkaan kita. Kejutan yang mengesani jiwa, perasaan dan perjalanan hidup seterusnya. Sepetang tadi aku menziarahi kematian seorang saudara jauh. Umurnya masih muda. Keluarganya pun muda. Kematian datang secara tiba-tiba. Entah mengapa hati aku terasa amat sedih. Biarpun insan yang terkujur di hadapan ku ini bukannya betul-betul aku kenali. Pelik, tapi ini perasaan manusiawi yang normal. Kematian dipasang dengan kesedihan.

Seolah aku melihat yang terkujur itu aku. Bagaimana agaknya nasib aku nanti? Di keliling kelalang sanak saudara duduk bersimpuh membaca al-Quran kepada yang sedang terkujur. Suasana muram durja ini amat terasa. Si anak yang tidak mengerti berlari-lari di laman seolah pesta yang tiba-tiba hadir. Orang-orang tua mungkin tertanya-tanya mengapa bukan aku yang terbaring di situ. Rakan-rakan taulan mungkin terkenang-kenang saat sembang dan santai yang dirasa baru sedetik lalu dinikmati bersama. Pak imam dan jamaahnya mungkin sedang menunggu di ruang balai masjid kampong ini. Kematian disambut bersama, kerana ia mengingatkan semua bahawa masa kita masing-masing pun akan tiba.

Ya, usia dan kehidupan ini sedang berlalu dengan pantas. Ia datang sarat dengan peristiwa dan ketetapan Ilahi. Kehidupan ini hadiah berharga buat ditebus dengan ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan yang Maha Berkuasa. Kehidupan memang sarat dengan kejutan buat semua kita. Namun, keimanan yang hakiki dan pemahaman bahawa semua perkara datang daripadaNYA dapat membuatkan kita tenang, insyAllah. Apalagi yang dapat kita lakukan selain menenangkan jiwa dan perasaan kita. Dan, berserah diri kepadaNYA. Inilah yang terbaik. Mencari tenang dengan jalan mungkar adalah ubat yang penuh dengan racun dan kepalsuan. Sifat tenang adalah natijah iman dan ketaqwaan. Ya, inilah hakikatnya.

Sedetik tadi, insan yang telah terbujur itu dibawa pergi. Pergi juga bersamanya semua amal yang telah terkumpul selama ini. Anak-isteri, keluarga tercinta sekadar dapat menemani sehingga ke pintu lahad. Itu had yang tidak mungkin, dan mustahil untuk dilangkau. Berlalu episod kehidupan seorang di muka bumi ini. Terbaring jasad di situ bersama nasib yang telah ditentukan, menanti saat panggilan malaikat nanti, apabila hari tiba hari kebangkitan kelak. Penantian yang boleh jadi sebentar, atau mungkin juga terasa bertahun, malah berzaman. Untunglah mereka yang menanti di salah satu taman-taman syurga, dan rugilah mereka apabila tersepit di salah satu lubang-lubang neraka. Ya Allah, Ya Rabb, selamatkanlah kami.

Nampaknya masa kita masih berbaki. Baki yang tidak diketahui jumlahnya ini mesti dimanfaatkan. Ada orang yang dengan melihat kematian semakin insaf dan menginsafkan. Ada orang telah terhijab akal dan fikirannya, malah hatinya untuk mengambil apa jua iktibar. Kematian tidak lagi mengejutkannya. Ia telah lali dan basi dengan cerita kematian ini. Baginya kematian ini hanya proses biasa dalam kehidupan. Apa yang hendak direnung-renungkan. Ya, mungkin ada benarnya. Kematian orang lain tidak lagi mengejutkannya. Tapi, kematiannya sendiri PASTI menjadi kejutan yang tidak disangka-sangka.

Ya Allah, jadikanlah kami insan yang tidak jemu mengambil pelajaran dan iktibar daripada lembaran peristiwa dan kisah kehidupan. Ya Allah, kepadaMU kami berserah. Amin

13 Nov 2010, Bukit Palong.

Risalah yang barakah

Dosa yang amat Allah SWT murkai adalah dosa syirik atau menyekutukanNYA. Dinyatakan di dalam Al-Quran bahawa kemurkaan ini dek kerana manusia yang engkar ini apabila diseru kepada tauhid dan keimanan kepada Allah SWT, wewenang sahaja mereka menolaknya. Dibawa pula kitab yang membenarkan semua seruan tersebut pun, dinafikannya. Di buktikan bahawa risalah tauhid ini benar, dikesampingkan begitu sahaja. Walau apabila diberikan hujah dan bukti kebenaran, tidak mampu disangkal oleh mereka. Malah, tetap ditolak dan dinafikan seruan tersebut. Yang memurkakan Allah SWT adalah apabila manusia ini diseru kepada kebatilan dan kepalsuan, walau tiada bukti dan hujah, diterima pula. Diajak kepada kemungkaran, disambut tanpa rasa bersalah, malah diperjuangkannya. Inilah sebesar-besar lambang keengkaran.

Akal manusia waras mana yang rela menggantikan kebenaran dengan kepalsuan? Kebahagian dengan kesengsaraan? Nikmat abadi dengan azab yang abadi pula? Akal dan hati sedemikian pastinya telah beku dan keras dengan amal maksiat dan penentangan kepada perintah Allah SWT. Tidak dapat dibezakan lagi antara yang benar dengan yang palsu. Di dalam Al-Quran ada dinyatakan bagaimana Allah SWT menutup hijab dan mewujudkan halangan kepada pandangan zahir dan rasa hati seorang manusia. Tidak nyata dan jelas lagi bukti-bukti kebesaran Allah SWT di dalam peristiwa kehidupan. Tanda-tanda kebesaran Allah SWT tidak lagi dilihat olehnya. Ia terhijab daripada mengambil pedoman dan pengajaran. Ia buta, pekak dan bisu kepada tanda-tanda penciptanya. Pada zahirnya ia tidak buta, pekak dan bisu. Tapi, pada sudut iman-nya, ia memang telah lama buta, pekak dan bisu. Inilah keadaan yang paling malang.

Risalah tauhid dan kebenaran ini adalah rantai yang amat panjang. Ia tidak pernah terputus sejak daripada titik asal Nabi Adam A.S, sehingga kepada Nabi Muhammad SAW. Semua nabi dan rasul membawa risalah yang sama. Ya, syariat-nya berbeza, sesuai dengan zaman dan manusia yang ada di dalamnya, tetapi seputar paksi kebenaran yang sama. Risalah unggul ini bukan ciptaan manusia zaman ini, tetapi merupakan rantaian panjang yang jelas dan penuh barakah. Jadi, manusia yang menafikannya, sebenarnya menafikan rantaian panjang para nabi dan rasul yang mulia. Seolahnya mereka mengatakan semua manusia mulia ini berdusta, dan telah mengorbankan diri mereka untuk perjuangan yang sia-sia. Malah, dia yang betul dan tidak rugi selamanya. Seolahnya telah ada perjanjian antara dia dan penciptaNYA. Apabila manusia menafikan kebenaran yang seterang mentari ini, maka keengkaran ini menjadikan ia sesat selama-lamanya.

Jadi pilihlah jalan kehidupan kita ini. Hidup dunia hanya inilah sahaja. Tiada dua atau tiga. Kita lemah dan tiada upaya. Maka, apabila kita beriman dan menjadikan Allah SWT dan Rasul SAW sebagai tujuan utama, maka insyAllah, kita akan bahagia. Amin. Ya Rabbil Alamin.

1.00 am : 12 Nov: Sabtu : Bukit Palong