Friday 26 November 2010

Kuliah MASAF (2): Kenal Jahiliyah untuk Kenal Kebenaran


Assalamualaikum wrth.

Alhamdulillahi Rabbil alamin, Wa solatu Wassalam.

Saudara dan saudari sidang pendengar yang dimuliakan,

Pada kuliah yang lepas, kita telah berbicara berkenaan Islam sebagai penyelamat dunia, dan Islam juga adalah penyelamat kita semua. Selamat di dunia dan di akhirat. Kita telah berbicara dengan memahamkan apakah makna kalimah Islam itu sendiri.

InsyAllah pada kuliah kali ini, kita akan berbicara berkenaan kenal jahiliyah untuk kenal kebenaran. Dan, sebelum kita berbicara panjang, marilah kita sama-sama merenung apakah makna jahiliyah itu sendiri.

Apakah makna Jahiliyah?*1

Jahiliyyah biasanya dikaitkan dengan masa sebelum Rasulullah s.a.w lahir, namun bila kita melihat pengertian jahiliyyah secara teliti, maka terdapat banyak unsur-unsurnya yang sama pada zaman kita ini. Kita mendapati manusia hidup dengan berbagai macam bentuk Jahiliyyah yang berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.


Sesungguhnya kata “Jahiliyyah” sendiri adalah berarti penyandaran sesuatu kepada kebodohan. Kebodohan di sini ada ada 3 makna, yaitu :

1. Tidak adanya ilmu pengetahuan dan ini adalah makna asal.

2. Meyakini sesuatu secara salah.

3. Mengerjakan sesuatu dengan menyalahi aturan atau tidak mengerjakan yang seharusnya ia kerjakan.

Orang yang tidak memahami ungkapan prosa atau bait sya’ir atau teori matematis atau masalah Fiqh adalah orang yang bodoh dengan makna pertama, karena ia tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, dan orang semacam ini bila disandarkan kepadanya sifat bodoh, maka jadilah ia jahiliyyah.


Orang yang meyakini bahwa melaksanakan sesuatu yang tidak di-syari’atkan atau menganggap bahwa Nabi tidak punya peranan sedikitpun dalam kehidupan manusia adalah orang bodoh dengan makna yang kedua, karena ia yakin tapi salah. Dan bila disandarkan sifat bodoh kepadanya maka jadilah ia Jahiliyyah.

Dan orang yang meninggalkan shalat padahal ia tahu bahwa shalat adalah salah satu rukun Islam atau orang yang mengerjakan kema’siatan atau orang yang tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya adalah orang bodoh dengan makna ketiga, karena ia mengerjakan sesuatu dengan menyalahi ketentuan yang seharusnya ia laksa-nakan. Ia disebut juga Jahiliyyah bila disandarkan kepadanya sifat bodoh.


Pada umumnya pengertian jahiliyyah yang beredar di masyarakat luas adalah keadaan orang-orang Arab sebelum Islam, karena mereka bodoh terhadap Tuhan, Rasul dan syari’at-syari’at-Nya serta mereka berbangga-bangga dengan keturunan, kebesaran dan lain sebagainya.
Namun “Jahiliyyah” tidak hanya khusus pada sa’at itu, tidak hanya khusus pada zaman tertentu dan tidak pula kaum tertentu. Jahiliyyah bisa terjadi kapanpun dan masyarakat manapun dengan syarat terdapat unsur-unsur yang telah disebutkan, walaupun zaman ini adalah zaman sains.

Dalam perspektif (pandangan) al-Qur`an, ”Jahiliyyah” adalah suatu sikap atau keadaan masyarakat pada umumnya yang bodoh terhadap nilai-nilai Islam, entah mereka itu bergelar Dr. ataupun Professor sekalipun, bila mereka bodoh terhadap Islam maka mereka diberi label “Jahiliyyah”.

Saudara dan saudari sidang pendengar yang dimuliakan,


Al-Qur`an telah menerangkan tentang sikap Jahiliyyah ini, diantaranya yaitu; ketika Musa a.s menyuruh kaumnya untuk menta’ati perintah Allah agar mereka menyembelih kurban. Namun Apa tanggapan kaumnya terhadap Musa, “mereka berkata, apakah engkau mengejek kami hai Musa. Musa menjawab, aku berlindung dari orang-orang yang bodoh.” (al-Baqarah:67)

Ketidaktahuan dan memandang remeh terhadap perintah Allah adalah salah satu sikap Jahiliyyah.

Dan ketika Allah menerangkan hikayat Yusuf a.s dalam surat Yusuf, ayat 33:


Yusuf berkata: Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.
Dalam ayat ini, condong kepada ke-burukan adalah juga sikap Jahiliyyah.


Prasangka buruk juga termasuk keJahiliyyahan, sebagaimana firman Allah ketika kaum Musyrikien menang pada Perang Uhud. Sebagian kaum Muslimien menyangka bahwa mereka tidak ditolong oleh Allah dan timbullah anggapan bahwa Islam telah berakhir bersamaan dengan kalahnya kaum Muslimien dari kaum Kuffar.


“...sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?…. (Ali ‘Imran:154)




Istilah Jahiliyyah juga di-tujukan bagi mereka yang menolak hukum Allah s.w.t.

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (al-Maidah: 50)


Allah melarang istri-istri Nabi s.a.w melakukan Tabarruj (berhias berlebih-lebihan) karena hal itu termasuk per-buatan Jahiliyyah,


“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”. (al-Ahzab:33)


Pada sa’at perjanjian Hudaibiyah, kaum Musyrikien tidak mau menerima tulisan Bismillah dan Muhammad Rasulullah dalam teks perjanjian itu. Mereka berkeras kerana tulisan tersebut merupa-kan pengakuan risalah Muhammad. Mereka angkuh, dan sifat angkuh adalah perbuatan Jahiliyyah. Allah menegaskannya dalam surat Al-Fath, ayat 26;


Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dalam hadits-hadits Rasul juga banyak diterangkan bagaimana sikap Jahiliyyah itu. Imam Bukhari dalam Kitab Iman dengan judul Bab “Kema’siatan merupakan perkara Jahiliyyah”, meriwayatkan Hadits; “ketika itu seorang laki-laki dari kalangan Muhajirien mendorong seorang laki-laki dari kaum Anshar, orang Anshar tersebut memanggil golongannya; Hai orang-orang Anshar dan begitu pula orang Muhajirien tadi, ia juga memanggil kawannya yang Muhajirien; Hai orang-orang Muhajirien, kemudian bersabda-lah Rasul :


Apakah engkau memperhatikan panggilan jahiliyyah itu? Tinggalkanlah olehmu karena itu perbuatan busuk (HR. Ahmad & Baihaqie)


Ketika seseorang mempersiapkan golongannya atas golongan lain, dengan memanggil-manggil golongannya, maka itulah Fanatisme golongan dan hal itu termasuk perbuatan Jahiliyyah.


Dan hadits dari Abu Dzar, ia berkata: “sesungguhnya saya mengejek seseorang dengan menghina ibunya, maka Rasulullah berkata padaku, “Hai Abu Dzar, apakah engkau menghina ibunya? Sesungguhnya engkau adalah orang yang mempunyai sifat Jahiliyyah” (HR.Bukharie-Muslim)


Suka menghina dan mengejek orang adalah salah satu sifat dari sifat-sifat jahiliyyah.

Setelah datangnya Islam maka seluruh perkara Jahiliyyah dihapuskan dari Jazirah Arab. Rasulullah s.a.w berkhutbah pada hari Fathul-Makkah,

“Wahai manusia sesungguh-nya Allah telah menghapus kesombongan Jahiliyyah dan kebanggaannya terhadap Nenek Moyang …” (HR. Ahmad & Abu Daud)


Dan ketika Rasulullah berkhutbah pada haji wada’, beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya segala sesuatu dari perkara-perkara Jahiliyyah telah saya musnahkan”.


Dari nash-nash al-Qur`an dan Sunnah jelaslah bahwa setiap penyimpangan dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya, baik itu menyangkut Aqidah, ibadah, perilaku, maupun amal adalah perbuatan Jahiliyyah.

Saudara dan saudari sidang pendengar yang dimuliakan,


Di dalam kehidupan ini, kita sentiasa ingin memastikan kita mendapat kejayaan dan kebahagiaan. Kejayaan hakiki adalah apabila kehidupan ini diasaskan di atas prinsip dan landasan kebenaran. Lawan kepada kebenaran adalah kegelapan. Dan kegelapan ini adalah manifestasi kehidupan jahiliyah.

Allah SWT menyatakan di dalam Surah Al-Baqarah, ayat 257:

Allah Pelindung (yang mengawal dan menolong) orang-orang Yang beriman. ia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman). dan orang-orang Yang kafir, penolong-penolong mereka ialah Taghut Yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kufur). mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya.

Hakikat kebenaran itu hanya satu, sedangkan kegelapan itu banyak (zulumat – plural). Jadinya hendaklah kita pastikan bahawa pegangan yang kita rangkul ini adalah kebenaran yang hakiki, bukannya kegelapan yang dibaluti dengan lapis kebenaran. Kegelapan itu banyak kerana manusia ini sifatnya pelbagai. Jika kita tidak cenderung kepada yang ini, kegelapan yang satu lagi mungkin menarik minat/nafsu kita.

Sedangkan kebenaran itu tetap satu. Ini kerana kebenaran itu mustahil ada berbilang jumlahnya. Kebenaran hakiki bersumberkan wahyu. Wahyu bersumberkan zat yang hakiki, iaitu Allah SWT. Kebenaran pula sifatnya telah tetap. Ia tidak boleh diolah-olah semula. Ia risalah yang paling sesuai dengan hakikat fitrah kejadian makhluk. Mencari kebenaran selainnya adalah kepalsuan dan kesesatan.

Kegelapan ini natijahnya ragu-ragu. Ragu-ragu ini terhasil kerana hujah atau dasar-dasar pokok kepada kegelapan itu adalah semata-mata berasaskan sangkaan semata-mata. Kebenaran itu natijahnya keyakinan. Keyakinan ini terhasil kerana hujah atau dasar-dasar pokok kepada risalah kebenaran itu adalah berdasarkan hujah dan nas yang datang daripada Allah Rabbul Jalil – pencipta sekian alam. Keraguan membawa kepada keresahan. Manakala, keyakinan membawa kepada kesejahteraan dan keamanan. Dan, inilah maksud akhir kepada risalah kebenaran.

Risalah kebenaran yang membawa manusia kepada kesejahteraan dan keamanan, di dunia dan di akhirat sana, insyAllah. Ini amat bertepatan dengan makna Islam – yang telah bincangkan dalam kuliah yang lepas – bahawa ia membawa kepada maksud selamat di dunia dan di akhirat.

Formula ringkas: Kegelapan vs. Kebenaran

Kegelapan > Asasnya: Sangkaan dan andaian > Keraguan > Keresahan dan rasa tidak tenteram > Hidup yang tidak bahagia

Kebenaran > Asasnya: Wahyu Allah SWT > Keyakinan > Ketenangan dan rasa selamat > Hidup yang aman sejahtera

Saudara dan saudari sidang pendengar yang dimuliakan,

Kalimah Allah SWT adalah yang paling tinggi. Islam sebagai Ad-deen mempunyai konsep yang jelas, lengkap dan dapat dibuktikan kebenarannya. Sedangkan konsep buatan manusia adalah tidak lengkap, tidak jelas dan bersifat berubah atau sementara.

Risalah Islam menjadikan dua kalimah shahadah sebagai asasnya, manakala risalah selain Islam menjadikan risalah jahiliyah sebagai asasnya. Gambaran kalimah tauhid di dalam risalah Islam adalah kalimah thaiyibah(baik) yang teguh dan kuat – seperti pohon yang teguh dan rimbun. Manakala pemikiran jahiliyah berasaskan kalimah khabtisah (lemah dan tidak kuat) – seperti pohon yang mudah ditiup oleh angin, kerana akarnya yang lemah.

Firman Allah SWT di dalam Surah Ibrahim, ayat 24 - 26:

“Tidakkah Engkau melihat (Wahai Muhammad) Bagaimana Allah mengemukakan satu perbandingan, iaitu: kalimah Yang baik adalah sebagai sebatang pohon Yang baik, Yang pangkalnya (akar tunjangnya) tetap teguh, dan cabang pucuknya menjulang ke langit.

“Dia mengeluarkan buahnya pada tiap-tiap masa Dengan izin Tuhannya. dan Allah mengemukakan perbandingan-perbandingan itu untuk manusia, supaya mereka beringat (mendapat pelajaran)”

“Dan bandingan kalimah Yang jahat dan buruk samalah seperti sebatang pohon Yang tidak berguna Yang mudah tercabut akar-akarnya dari muka bumi; tidak ada tapak baginya untuk tetap hidup.”

Isme-isme yang banyak di muka bumi ini adalah manifestasi kepada pelbagai kegelapan – pemikiran jahiliyah yang wujud. Umat Islam mestilah memastikan bahawa mereka tidak terjerumus ke dalam salah satu isme atau pemikiran jahiliyah yang melata ini.

Allah SWT berfirman di dalam Surah Al-Baqarah, ayat 120:

“orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (Wahai Muhammad) sehingga Engkau menurut ugama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): "Sesungguhnya petunjuk Allah (ugama Islam itulah petunjuk Yang benar". dan Demi Sesungguhnya jika Engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahyu Yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah Engkau akan peroleh dari Allah (sesuatupun) Yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepada mu.”

Formula ringkas:

Konsep Islam:

· Kalimat Allah SWT tinggi (Q 9:40)

· Kalimat yang baik (Q 14:24)

· Kalimat berorientasikan tauhid (Q 112: 1-3)

· Stabil (Q 14:24)

· Kalimat Taqwa (Q 48:26)

· Kuat (Q 5:3, 58:12)

Konsep selain Islam (Jahiliyah):

· Kalimat orang-orang kafir (Q 9:40)

· Kalimat yang buruk (Q 14:26)

· Kalimat yang berorientasikan syirik (Q 39:64)

· Goncang (Q 14:26 & 16:26)

· Kebanggan jahiliyah (Q 48:26)

· Lemah (Q 29:41)

Kuliah kali ini ingin membawa satu penegasan bahawa kebenaran ini mesti diganding dengan kefahaman kepada prinsip dan pelbagai bentuk risalah jahiliyah yang wujud. Sekiranya seorang muslim mukmin hanya mengenal kebenaran tetapi tidak mengenal jahiliyah, takut-takut mereka berbuat amal jahiliyah sedang sangkaan mereka sebaliknya. Ini juga peringatan Saidina Umar R.A, bahawa mengenal jahiliyah ini penting supaya kita tidak tertipu.


Tetapi kebenaran ini ada tanda dan sifat yang dijelmakannya. Apabila kita membaca ayat Allah SWT di dalam Surah Al-Baqarah, ayat 138:

“(Katakanlah Wahai orang-orang Yang beriman: "Ugama Islam, Yang Kami telah sebati dengannya ialah): celupan Allah Yang mencorakkan seluruh kehidupan Kami Dengan corak Islam); dan siapakah Yang lebih baik celupannya daripada Allah? (Kami tetap percayakan Allah) dan kepadaNyalah Kami beribadat".

Kita akan dapat memahami bahawa kebenaran ini dijelmakan pada aspek hati, aqal dan jasad seorang manusia.

Celupan Allah SWT pada hati manusia melahirkan iqtiqad atau pegangan yang kuat dan mantap. Ia pula menatijahkan niat yang lurus dan tulus di dalam beramal semata-mata untuk Allah SWT.

Celupan Allah SWT pada aqal manusia melahirkan tasawwur (pandangan/fikrah) hidup yang benar dan tepat dengan kehendak Allah SWT dan RasulNYA. Ia juga membawa kepada kejelasan manhaj atua prinsip di dalam kehidupan yang akan dilalui.

Celupan Allah SWT pada jasad melahirkan manusia yang sentiasa beramal dan memanfaatkan anggota badan untuk ketaatan kepada Allah SWT. Hati dan Aqal/minda yang bertepatan dengan kehendak Allah SWT dan RasulNYA akan memastikan jasad melaksanakan semua tuntutan tersebut.

Demikianlah pentingnya celupan/sibghah Allah SWT seperti yang dinyatakan oleh ayat 138, Surah Al-Baqarah tadi.

Di dalam kehidupan masa kini, pelbagai isme-isme selain Islam sedang giat untuk menambahkan penganutnya. Sekiranya seruan ini berasaskan seruan agama(selain Islam), mungkin tidak ramai yang akan terpengaruh kerana adalah jelas kesesatan isme tersebut. Yang menjadi kerisauan adalah apabila seruan isme2 jahiliyah ini bertopeng kepada seruan berbentuk keadilan sosial, keamanan sejagat dan juga kesaksamaan di dalam hak seorang manusia. Tidak dizahirkan sebarang bentuk unsur keagamaan atau ketuhanan. Antara contoh seruan isme jahiliyah ini adalah seruan “Save the World, Be a Vegan”. Apabila kita singgah di beberapa kota seperti Bali, Amsterdam, Paris, risalah dan poster menyeru isme ini boleh dijumpai. Malah di Malaysia sendiri pun boleh dijumpai risalah yang serupa.

Jadi, apa salahnya “Save the World, Be a Vegan”? Tidak ada apa-apa yang salah untuk seseorang memilih untuk tidak memakan selain sayuran. Tetapi yang salah adalah apabila ia beriqtiqad bahawa adalah satu kesalahan, malah satu kezaliman untuk memakan daging. Ini kerana makanan berdaging dihalalkan oleh Allah SWT. Tidak boleh kita mengharamkannya, sebagai gesaan umum. Kecualilah jika ada daging tertentu yang memudaratkan manusia. Ini kes yang nadir atau unik. Saya sengaja mengambil contoh ini untuk berkongsi bahawa isme jahiliyah ini terkadang amat tersirat. Jika kita tidak berhati-hati, takut2 banyak lagi isme jahiliyah yang telah kita anuti. Sebenarnya apa lagi yang tidak cukup dan sempurna dengan Islam. Janganlah kita menjadi seperti Bani Israel, diberi Allah SWT makanan syurga di dalam bentuk manna dan salwa, tapi masih meminta makanan dunia yang rendah nilainya.


Kesimpulannya, mengenal kebenaran ini penting kerana ini akan memastikan kehidupan ini tidak berjalan sia-sia dan sifar atau kosong nilai. Kehidupan menjadi bererti apabila ia berjalan di atas landasan kebenaran hakiki yang diwahyukan Allah SWT melalui jalan Nabi Muhammad SAW. Tetapi di dalam konteks kehidupan moden hari ini, kita mestilah memastikan kita juga mengenal jahiliyah dan jaringan-jaringannya. Seolahnya apabila berjalan menuju ke masjid, kita dapat melihat jalan yang perlu dilalui, tetapi berhati-hatilah kepada onak, najis dan lopak-lopak yang wujud di sini sana. Perhatikan juga lorong-lorong kecil di kiri-kanan yang menggamit kita untuk singgah sebentar dan menggoda kita untuk mengikutinya.

Ya, marilah kita berdoa semoga Allah SWT menjadikan kita kenal kebenaran dan juga kenal jahiliyah yang ada. Usaha ini mesti dimulakan, jangan sekadar berdoa dan berangan-angan sahaja.

Ya Allah, bantulah kami semua. Amin

WabiLlahi taufiq wal hidayah was salammualaikum wrth.

25 Nov 2010 – Rue De La Vieille Intendance – Mplr.

Rujukan:

*1 - Translated from al-Hadits wa ats-Tsaqafah al-Islamiyah, Manna' Khalil al-Qaththan, al-Jahiliyyah. al-Haditsah. http://www.perpustakaan-islam.com > Pengertian Jahiliyah

*2 - Keperibadian Muslim. Dr. Irwan Prayitno – Bahan Panduan bagi Dai dan Murabbi

No comments:

Post a Comment